Ibadah dan Akhlak

Ibadah dan Akhlak

Ibadah dan Akhlak

Ibadah dalam Islam tidak sebatas ucapan-ucapan kosong atau gerakan-gerakan tanpa arti, tapi ia adalah perbuatan-perbuatan dan ucapan-ucapan yang menyucikan jiwa dan menjadikan kehidupan baik. Kewajiban-kewajiban dalam Islam bertujuan agar seorang muslim dapat hidup dengan akhlak terpuji dan komitmen dengan akhlak itu, dalam kondisi apapun. Dan Al Qur’an dan Sunnah yang suci menyingkap dengan jelas hakikat ini. Shalat fardhu, ketika Allah memerintahkannya, Ia menjelaskan bahwa ia akan menghalangi pelakunya dari akhlak buruk berupa perbuatan keji dan kemungkaran. Ia berfirman: {Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan} [QS. Al Ankabut:45]

Kebiasaan buruk

8_2.jpg

Tolstoy
Sastrawan Inggeris

Cukuplah kebanggaan bagi Muhammad dengan membebaskan suatu ummat yang hina dan berlumuran darah akibat cakar-cakar syaitan dari kebiasaan-kebiasan buruk, membuka jalan kemajuan. Dan syariat Muhammad akan memimpin dunia karena ia sejalan dengan akal dan hikmah

Zakat dalam syariat Islam bukan berupa pajak yang dipungut dari orang-orang kaya untuk diberikan kepada orang-orang miskin, namun ia berfungsi menanamkan rasa kasih sayang dan sikap lembut, dan mengeratkan hubungan dan keakraban antar seluruh level masyarakat, disamping sebagai penyucian jiwa dari akhlak buruk dan membawa masyarakat kepada tingkat yang lebih tinggi dan perilaku baik, inilah hikmah utama di balik syariat zakat sebagaimana firman Allah Ta’ala: {Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui} [QS. At Taubah:103]

Oleh karena itu, sedekah tidak sekedar mengeluarkan harta, namun mencakup sejumlah akhlak tinggi yang mendukung kebahagian masyarakat dan pribadi. Dan Nabi -shallallahu alahi wa sallam- meluaskan definisi kata “sedekah” yang patut dikeluarkan oleh seorang muslim, beliau bersabda: “Engkau menuangkan dari wadahmu kepada wadah saudaramu adalah sedekah, engkau melakukan amar ma’ruf nahi mungkar adalah sedekah” dalam dalam sebuah riwayat: «“Engkau senyum kepada saudaramu adalah sedekah, engkau menunjuk jalan kepada seseorang ketika tersesat adalah sedekah”» (HR. Baihaqi).

Demikian juga puasa, Islam tidak memandangnya hanya sekedar menahan makan dan minum saja, tapi ia memandangnya sebagai satu langkah untuk peka terhadap kesulitan orang-orang miskin, dan pada saat yang sama sebagai bimbingan bagi jiwa dan pengontrol keinginan-keinginan syahwat. Allah Ta’ala berfirman: {Hai orang- orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa} [QS. Al Baqarah:183]

Dan Rasulullah -shallallahu alahi wa sallam- bersabda: «Siapa yang tidak meninggalkan ucapan dusta dengan perbuatan dusta maka Allah tidak butuh ia meninggalkan makan dan minumnya» (HR. Ahmad). Dan sabdanya: «Puasa bukan sekedar menahan makan dan minum, namun puasa adalah menahan perbuatan sia-sia dan buruk, jika seorang mencacimu atau berbuat jelek kepadamu maka katakanlah: Aku sedang berpuasa, aku sedang berpuasa» (HR. Ibnu Khuzaimah).

Adapun haji, mungkin ada yang menganggapnya sebagai perjalanan kosong dari nilai-nilai akhlak disebabkan sebagian agama memilki ritual-ritual gaib, dan ini keliru, dimana Allah Ta’ala berfirman tentang ibadah ini:

{(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal}[QS. Al Baqarah:197]

Apa yang disebutkan sebelumnya menjelaskan hubungan erat yang mengikat agama dan akhlak mulia, rukun Islam yang terpenting seperti shalat, puasa, zakat dan haji serta amalan-amalan lainnya dalam Islam, adalah jalan yang mengantar kepada manusia sempurna yang diharapkan dan mengangkatnya kepada kehidupan lebih baik yang merasakan kebahagiaan dan ketenangan di bawah naungan akhlak terpuji dan prinsip luhur. Ia adalah ibadah-ibadah yang berbeda dari sisi pengamalan dan lahiriahnya namun bertemu pada satu tujuan yang telah digariskan oleh Rasulullah dalam sabdanya: «Aku diutus hanya untuk menyempurnakan akhlak mulia» (HR. Baihaqi). Oleh karena itu, maka jalan kebahagiaan adalah jalan yang bertumpu pada akhlak mulia dan berputar sekitarnya, tidak dapat terpisah antara akhlak dan ibadah.

Undang-undang danakhlak

8_3.jpg

Marcel Boisard
Pemikir asal perancis

Dalam akidah Islam tidak dibedakan antara ketentuan hukum dan kewajiban moral, kolaborasi yang kuat ini, antara undang-undang dan akhlak, menegaskan kekuatan aturan sejak awal

Dasar-dasar untuk perkara yang sangat detil

8_4.jpg

Jack. Q. Ressler
Peneliti asal Perancis

Al Qur’an mendapatkan solusi terhadap seluruh problema, ia mengaitkan antara aturan-aturan agama dengan aturan-aturan akhlak, berusaha menciptakan peraturan dan persatuan masyarakat serta meringankan kesengsaraan, kekerasan dan mitos, Ia berupaya membela orang-orang lemah, mengajak kepada kebajikan, memerintahkan kasih sayang, dan dalam hal perundang-undangan ia meletakkan kaidah-kaidah yang sangat detail dalam hal kerja sama harian, undang-undang transaksi dan warisan, dan dalam kehidupan rumah tangga ia mengatur perilaku setiap orang dalam berinterkasi kepada anak-anak, budak, hewan, kesehatan, pakaian dan seterusnya