Hubungan iman dengan akhlak mulia

Hubungan iman dengan akhlak mulia

Hubungan iman dengan akhlak mulia

Iman adalah kekuatan yang mendorong seorang beriman kepada perkara mulia, menjaganya dari sifat rendah dan kesalahan. Buruknya akhlak menjadi tanda lemahnya iman, sebagaimana akhlak mulia adalah tanda kuatnya iman. Rasulullah -shallallahu alaihi wa sallam- telah jelaskan bahwa iman yang kuat akan melahirkan akhlak yang kuat dan kemerosotan akhlak penyebabnya adalah lemah iman atau hilangnya iman. Orang yang tidak beriman akan melakukan perbuatan buruk tanpa peduli terhadap siapapun, tidak takut celaan dan tidak mengira ada balasan terhadap kejahatannya. Beliau bersabda: «Rasa malu dan Iman digandengkan bersama, jika salah satunya hilang maka yang lainnya pun ikut hilang» (HR. Baihaqi). Bahkan beliau menjadikan sikap buruk terhadap tetangga sebagai tanda hilangnya iman, beliau bersabda: «Demi Allah, tidak beriman, demi Allah, tidak beriman, demi Allah, tidak beriman. Sahabat bertanya: “Wahai Rasulullah, apakah gerangan?”, beliau bersabda: “Tetangga yang tidak merasa aman dari gangguan tetangganya”, mereka bertanya: “gangguan apakah itu wahai Rasulullah?”, beliau bersabda: “Sikap buruknya» (HR. Bukhari).

Dari situ, ketika Allah mengajak hamba-hamba-Nya kepada kebaikan atau melarangnya dari kemungkaran, Ia menjadikannya konsekuensi keimanan yang bersarang dalam hatinya, betapa sering Allah berfirman dalam Kitab-Nya: {“Wahai orang-orang yang beriman”} Kemudian Ia menyebutkan setelah panggilan itu perkara yang Ia perintahkan, seperti pada firman-Nya: {Wahai orang-orang beriman bertakwalah kepada Allah dan bersamalah dengan orang-orang yang jujur} [QS. At Taubah:119]

Demikian juga Rasulullah ketika mengajarkan pengikutnya akhlak mulia, ia selalu hubungkan dengan keimanan, seperti dalam sabdanya: «Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia memuliakan tamunya, dan barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia menjaga tetangganya, barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia berkata baik atau diam» (HR. Ahmad). Demikianlah, Islam bertumpuh pada kejujuran iman dan kesempurnaannya dalam menanam akhlak mulia dalam jiwa.