Beberapa tips Islam untuk mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia

 Beberapa tips Islam untuk mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia

Beberapa tips Islam untuk mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia

Beberapa sumber kebahagiaan hidup dalam pandangan Islam;

1. Tauhid dan iman kepada Allah

Tidak ada kebahagiaan dan rasa tentram sebaik kebahagiaan dan rasa tentram yang lahir dari tauhid. Allah berfirman; {Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang- orang yang mendapat petunjuk}
[QS. al An’am:82]

Olehnya maka tingkat rasa bahagia dan ketentraman hidup yang akan dirasakan oleh seorang mukmin di dunia dan di akhirat akan berbanding lurus dengan kadar kesempurnaan tauhidnya kepada Allah. Dengan tauhid, Allah akan melapangkan dada orang-orang yang beriman dan akan memasukkan kegembiraan di hati mereka.

Adapun kesyirikan– semoga Allah melindungi kita darinya- maka hal itu akan menjadikan sengsara dan sempit hati penganutnya, seakan orang yang tengah naik ke atas langit. Allah berfirman; {Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah- olah ia sedang mendaki langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman} [QS. al An’am:125]

Maka tidaklah sama antara orang-orang yang Allah bukakan hatinya untuk (menerima) agama Islam lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya dengan orang-orang yang berada dalam kegelapan syirik dan jauh dari Allah hingga keraslah hatinya. Orang itu sungguh berada dalam kesesatan yang nyata. Allah berfirman; {Maka apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk (menerima) agama Islam lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang yang membatu hatinya)? Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang telah membatu hatinya untuk mengingat Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata.} [QS. az Zumar:22]

Dan tidaklah serupa antara orang yang sudah mati dalam kegelapan syirik kemudian Allah mengaruniakannya hidayah, dengan mereka yang terus bergelimang dalam kubangan syirik dan enggan keluar dari lumpur yang gelap itu. Allah berfirman; {Dan apakah orang yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar dari padanya? Demikianlah Kami jadikan orang yang kafir itu memandang baik apa yang telah mereka kerjakan} [QS. al An’am:122]

2. Dzikir dan mendekatkan diri kepada Nya

Betapapun manusia dikaruniai berbagai kesenangan duniawi dan betapapun dia menguasai dunia dengan seluruh asesorisnya, tetap saja ia tidak akan dapat meraih kebahagiaan sejati selama ia jauh dari jalan Allah. Kebahagiaan sejati itu tidak akan diraih kecuali dalam naungan dzikir kepada Allah. Allah berfirman; {(orang yang diberi petunjuk itu adalah) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram} [QS. ar Ra’ad:28]

Sebab hal itu karena di dalam hati manusia ada debu-debu yang tidak akan pupus melainkan dengan senantiasa menghadap Nya. Di dalamnya ada rasa takut yang tidak akan lenyap kecuali dengan bersendiri bersama Nya. Padanya ada rasa sedih yang tidak akan berganti kecuali dengan rasa gembira disaat mengenal dan ikhlas dalam berinteraksi dengan Nya. Di dalamnya ada rasa gundah yang tidak akan berubah menjadi ketenangan melainkan dengan bersegera menjawab panggilan Nya. Di dalamnya ada percikan-percikan api yang tidak akan padam melainkan dengan ridha terhadap perintah, larangan, serta ketetapanNya; dan ia hadapi seluruhnya dengan penuh sabar hingga berjumpa dengan Nya. Di dalam hati terdapat sebuah harapan besar, tidak akan terpenuhi kecuali dengan menjadikan Nya sebagai seutama-utama harapan Nya. Dan di dalamnya ada hal yang harus terpenuhi, tidak akan mungkin terealisasi melainkan dengan mengaitkan cinta, taubat, ingat, jujur dan ikhlas hanya kepada Nya; bahkan meski dunia dan seluruh isinya berada dalam genggaman mereka.

3. Amal Shaleh

Allah berfirman; {Orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka kebahagiaan dan tempat kembali yang baik} [QS. ar Ra’ad:29]

Maka orang-orang yang beriman kepada Allah, para malaikat, kitab-kitab Nya, para rasul dan hari akhir; dan diiringinya dengan amal shaleh, berupa amalan-amalan hati seperti cinta, khusyu’, dan harap; demikian juga dengan amal-amal anggota tubuh, seperti shalat dan yang semisal; mereka itulah orang-orang yang akan mendapatkan hidup tentram dan bahagia, meraih ampunan dan kemuliaan Allah di dunia dan di akhirat. Karena itu, seharusnya setiap hamba giat dalam melakukan amal shaleh yang diiringi dengan niat ibadah kepada Nya. Allah berfirman; {Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, Shabiin dan orang-orang Nasrani, siapa saja (diantara mereka) yang benar-benar saleh, maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati} [QS. al Maidah:69]

Demikianlah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, Beliau temukan kenikmatan dan ketenangan Nya dalam shalat dan dalam ketaatan kepada Nya. Terlukis lewat pernyataannya; «Wahai Bilal, kumandangkanlah qamat, tenangkan hati kami dengannya» (HR. Abu Daud)

Keamanan sejati

6_14.jpg

Lauren Booth
Aktifis HAM Inggris
Saya bisa merasakan kebahagiaan yang dirasakan oleh orang-orang muslim ketika shalat; perasaan indah dan gembira. Perasaan inilah yang kualami ketika mengetahui bahwa anak-anakku dalam keadaan aman. Hal pasti bahwa saya tidak menghendaki lebih dari perasaan aman dan bahagia seperti itu.

4. Memberi adalah rahasia kebahagiaan

Hal ini dapat disaksikan secara nyata. Akan didapati bahwa mereka yang gemar melakukan kebaikan kepada orang lain adalah orang yang paling merasa bahagia dan paling disenangi.

{Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya} [QS. Ali Imran:92]

Pemberian itu dapat wujud dalam berbagai bentuk. Allah sendiri telah menjadikan pemberian dalam bentuk nominal harta sebagai bagian dari rukun Islam, yang wajib dikeluarkan oleh mereka yang masuk dalam kategori wajib zakat (mampu) kepada saudaranya yang miskin. Pemberian itu harus dilakukan secara tulus, dengan pemberian berupa harta pilihan (yang baik) dan tidak diiringi dengan sikap pamer dan menyebut-nyebut pemberian itu dihadapan manusia.

{Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima)} [QS. al Baqarah:264]

Pemberian itu tidak sebatas berupa harta. Allah meluaskan makna pemberian itu hingga meliputi pemberian pangan, usaha dan tenaga serta potensi. Allah berfirman; {Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan. Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih} [QS. al Insan:8-9]

Dan meski pemberian itu berupa senyum sekalipun. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda; «Senyum yang engkau berikan kepada saudaramu adalah sedekah.» (HR. Tirmidzi). Dalam hadits lain, Beliau bersabda; «Barangsiapa gemar menutupi kebutuhan saudaranya, niscaya Allah senantiasa mencukupi kebutuhannya. Barangsiapa yang melapangkan sebuah kesusahan saudaranya, niscaya Allah akan melapangkan baginya satu diantara kesusahan-kesusahannya di hari kiamat. Dan barangsiapa yang menutupi aib saudaranya, niscaya di hari kiamat Allah juga akan menutup aibnya.» (HR. Abu Daud).

Pemberian seperti inilah yang dapat melahirkan kebahagiaan di dunia. Adapun pemberian yang semata didasarkan pada kepentingan duniawi atau pemberian yang diiringi dengan sikap pamer; maka perbuatan itu tidaklah sedikitpun akan mendatangkan kebahagiaan bahkan meski secara lahiriyah ia tampak senang.

5. Tawakkal adalah kunci kebahagiaan

Banyak orang jika merasa tidak sanggup melakukan sebuah pekerjaan, ia lantas pergi meminta tolong kepada orang kuat dan bersandar kepadanya dalam menyelesaikan urusannya itu. Tetapi apakah disadarinya, adakah yang lebih kuat dari Allah ?!.

Kebahagiaan itu hanya akan diraih dengan menyerahkan segala urusan kepada Allah yang maha kuat lagi maha berkuasa. Ditangan Nya lah kerajaan langit dan bumi. Jika Ia menghendaki sesuatu, maka cukuplah Ia katakana, “Jadilah”, maka jadilah yang diinginkannya itu.

{Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: “Jadilah!” maka terjadilah ia} [QS. Yasin:82]

Karenanya Allah memerintahkan hamba untuk menggantungkan segala urusannya hanya kepada Nya. Allah berfirman; {Dan hanya kepada Allahlah hendaknya kalian bertawakkal, jika kalian betul-betul beriman}
[QS.al Maidah:23]

Dan kecukupan apapun yang dirasakan oleh seorang setelah usaha yang dilakukannya, maka sesungguhnya Allah yang merupakan sebab dari kecukupan itu. Cukuplah Ia sebaik-baik yang memberi pertolongan. Allah berfirman; {Dan bertawakallah kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai penolong} [QS. an Nisaa:81]

Tidak diragukan bahwa usaha dan tawakkal yang seorang lakukan akan melahirkan ketenangan, kebahagiaan, rasa cukup dan kesuksesan yang tentu tidak akan diketahui melainkan oleh mereka yang telah mencobanya. Allah berfirman; {Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki) Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu} [QS. at Thalaq:2-3]

Keutamaan lain yang juga akan dirasakan oleh orang-orang yang bertawakkal adalah penjagaan dari gangguan syaithan. Allah berfirman; {Sesungguhnya syaitan itu tidak ada kekuasaannya atas orang-orang yang beriman dan bertawakkal kepada Tuhannya}
[QS. an Nahl:99]

Demikian juga penjagaan dari seluruh yang memusuhi. Allah berfirman; {(Orang-orang mukmin itu adalah) orang-orang (yang mentaati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan: “Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka”, maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: “Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung”. Maka mereka kembali dengan nikmat dan karunia (yang besar) dari Allah, mereka tidak mendapat bencana apa-apa, mereka mengikuti keridhaan Allah. Dan Allah mempunyai karunia yang besar. Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah syaitan yang menakut- nakuti (kamu) dengan kawan-kawannya (orang-orang musyrik Quraisy), karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku, jika kamu benar-benar orang yang beriman.}[QS. Ali Imran:173-175]

Inti dari sikap tawakkal adalah kebergantungan hati dan keberserahan diri hanya kepada Allah semata. Sikap hati seperti ini tidak akan dilunturkan oleh upaya yang dilakukannya berupa sebab keduniaan untuk meraih keinginannya. Sebaliknya, tidaklah bermanfaat pernyataan seorang, “Saya tawakkal kepada Allah”, sementara hatinya bersandar kepada selain Nya. Ingat bahwa tawakkal yang dinyatakan dengan lisan tidaklah mungkin disamakan dengan tawakkal yang tertanam di dalam hati.

6. Diantara kunci meraih kebahagiaan adalah yakin dan percaya kepada Allah.

Keimanan yang benar akan mewujudkan keyakinan dan rasa percaya yang kuat dan sempurna kepada Allah. Hal inilah yang lantas melahirkan rasa percaya diri yang kuat dalam dirinya, hingga tidaklah sedikitpun ia merasa takut menghadapi apapun dalam hidup ini; karena disaat yang bersamaan ia yakin bahwa segala urusan itu adalah milik Allah semata.

{Dan jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang menghilangkannya melainkan Dia sendiri. Dan jika Dia mendatangkan kebaikan kepadamu, maka Dia Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu} [QS. al An’am:17]

Ia juga yakin bahwa rezki itu berada di tangan Allah. Allah berfirman;

{Sesungguhnya apa yang kamu sembah selain Allah itu adalah berhala, dan kamu membuat dusta. Sesungguhnya yang kamu sembah selain Allah itu tidak mampu memberikan rezeki kepadamu; maka mintalah rezeki itu di sisi Allah, dan sembahlah Dia dan bersyukurlah kepada-Nya. Hanya kepada-Nya-lah kamu akan dikembalikan} [QS. al Ankabut:17]

Ia yakin bahwa tidak satupun makhluk melata di muka bumi ini melainkan telah dijamin rezkinya oleh Allah. Allah berfirman; {Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh)} [QS. Hud:6]

sRezki mereka telah terjamin bahkan meski engkau tidak dapat memberikannya kepada mereka. Allah berfirman; {Dan berapa banyak binatang yang tidak (dapat) membawa (mengurus) rezekinya sendiri. Allah-lah yang memberi rezeki kepadanya dan kepadamu dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui} [QS. al Ankabut:60]

Seorang beriman meyakini bahwa rezki yang telah ditetapkan Allah kepadanya pasti akan diperolehnya. Allah berfirman; {Dan di langit terdapat (sebab-sebab) rezekimu dan terdapat (pula) apa yang dijanjikan kepadamu. Maka demi Tuhan langit dan bumi, sesungguhnya yang dijanjikan itu adalah benar-benar (akan terjadi) seperti perkataan yang kamu ucapkan} [QS. Ad Dzariyat:22-23]

Seorang beriman yakin bahwa Allah telah membagikan rezki Nya kepada seluruh manusia dan menetapkannya. Allah berfirman; {Katakanlah: “Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezki bagi siapa yang dikehendaki-Nya dan menyempitkan (bagi siapa yang dikehendaki-Nya). akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui} [QS. Saba’:36]

Seorang beriman yakin bahwa Allah pasti akan mengujinya baik dengan ujian kesenangan ataupun berupa hal yang tidak baik dan tidak menyenangkan. Allah berfirman; {Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan} [QS. al Anbiya’:35]

Seorang muslim akan menyadari bahwa andai saja bukan karena kasih sayang Allah niscaya manusia akanlah binasa.

Ia akan menyadari keberadaannya sebagai tamu di dunia ini betapapun usia yang Allah karuniakan kepadanya. Dia tidak akan pernah khawatir mengahdapi hidup dan dia tidak akan takut kepada siapapun selain Allah, karena ia sadar bahwa kelak pasti ia akan berpindah ke alam yang lain. Allah berfirman mengisahkan Musa ketika telah berhasil disusul oleh Fir’aun dan bala tentaranya; {Maka setelah kedua golongan itu saling melihat, berkatalah pengikut-pengikut Musa: “Sesungguhnya kita benar-benar akan tersusul.”. Musa menjawab: “Sekali-kali tidak akan tersusul; sesungguhnya Tuhanku besertaku, kelak Dia akan memberi petunjuk kepadaku.”. Lalu Kami wahyukan kepada Musa: “Pukullah lautan itu dengan tongkatmu.” Maka terbelahlah lautan itu dan tiap-tiap belahan adalah seperti gunung yang besar. Dan di sanalah Kami dekatkan golongan yang lain (di bagian yang terbelah itu Allah memperdekatkan antara Fir’aun dan kaumnya dengan Musa dan Bani Israil). Dan Kami selamatkan Musa dan orang-orang yang besertanya semuanya. Dan Kami tenggelamkan golongan yang lain itu. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar merupakan suatu tanda yang besar (mukjizat) dan tetapi adalah kebanyakan mereka tidak beriman} [QS. as Syu’ara’:61-67]

Contoh kongkrit akan kuat dan tegarnya keyakinan kepada Allah adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam; andai saja musuhnya memandang ke arah bawah, niscaya mereka akan melihat beliau yang lagi bersembunyi dari kejaran mereka. Namun dengan penuh yakin beliau berkata kepada sahabatnya, Abu bakar ; {“Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita.” Maka Allah menurunkan keterangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Al-Quran menjadikan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana} [QS. at Taubah:40]

Seorang mukmin adalah sosok yang yakin bahwa kematian itu adalah takdir dari Allah, karena itu dia tidak akan takut menghadapinya. Allah berfirman; {Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditetapkan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda- tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir} [QS. az Zumar:42]

Seorang mukmin pasti yakin bahwa kematian itu pasti tidaklah dapat terelakkan. Allah berfirman; {Katakanlah: “Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”}
[QS. al Jum’ah:8]

Mereka yakin bahwa kematian itu tidaklah akan datang melainkan pada waktu yang telah ditentukan. Allah berfirman; {Jikalau Allah menghukum manusia karena kezalimannya, niscaya tidak akan ditinggalkan-Nya di muka bumi sesuatupun dari makhluk yang melata, tetapi Allah menangguhkan mereka sampai kepada waktu yang ditentukan. Maka apabila telah tiba waktunya (yang ditentukan) bagi mereka, tidaklah mereka dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak (pula) mendahulukannya} [QS. an Nahl:61]

7. Ridha terhadap ketetapan Allah adalah satu diantara jalan kebahagiaan

Kebahagiaan itu adalah saat hati merasa ridha. Sedangkan marah dan tidak menerima takdir Allah hanyalah akan memperburuk kehidupan, jiwa dan perasaan orang itu.

Adapun perasaan ridha akan ketentuan Allah, maka hal itu adalah gerbang menuju kebahagiaan, ketenangan dan kegembiraan.

Ridha adalah ketenangan hati pada pilihan Allah, dan ketenangan hati seperti inilah yang menjadikan kehidupannya senantiasa baik dan diliputi ketenangan.

Fokus amalannya semata akan tercurah kepada Allah. Mereka tidak akan menjadi sedih karena dunia yang luput darinya. Tetapi mereka akan senantiasa beramal, bersungguh-sungguh dan berdoa kepada Allah. Selanjutnya merasa ridha terhadap pembagian Allah kepadanya dan hidup dengan tentram. Sifat ridha itu ada tiga, yaitu;

1. Ridha menjadikan Allah sebagai satu-satunya sembahan, menjadikan Islam sebagai satu-satunya agama dan menjadikan Muhammad sebagai nabi dan Rasul Nya. Barangsiapa yang tidak ridha akan hal itu, maka dia akan terus hidup dalam kegundahan yang tiada berpenghujung. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda; «Hamba yang dapat merasakan manisnya iman hanyalah mereka yang ridha menjadikan Allah sebagai Rabbnya, Islam sebagai agamanya dan Muhammad sebagai rasulullah.» (HR. Bukhari). Barangsiapa yang belum merasakan manisnya iman, tentu dia tidak akan merasakan kebahagiaan yang sesungguhnya, tetapi ia akan tetap terus dalam kegelisahan dan ketidaktenangan.

Makna ridha kepada Allah adalah iman akan keberadaan Nya, merasakan kebesaran, hikmah, kekuasaan, ilmu dan nama serta sifat-sifat Nya yamg mulia; demikian juga ridha menjadikan Nya sebagai satu-satunya sembahan.

Manakala seorang tidak menghadirkan perasaan demikian dalam hatinya, maka sesungguhnya dia itu tengah berada dalam kebimbangan, sakit dan sempit rasa.

2. Ridha terhadap hukum dan syari’at Nya. Allah berfirman; {Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya}
[QS. an Nisa:65]

Manusia telah banyak merasakan penderitaan dan bencana sebagai akibat dari sikap loyal mereka terhadap hukum dan aturan duniawi yang penuh dengan berbagai kekurangan. Ketidaksempurnaan itu tentu kembali pada keterbatasan manusia sebagai kreatornya, berbeda dengan hukum Allah yang maha sempurna dan mengetahui segala hal yang bermanfaat bagi makhluk ciptaannya itu. Allah berfirman; {Apakah Allah Yang menciptakan itu tidak mengetahui (yang kamu lahirkan atau rahasiakan); dan Dia Maha Halus lagi Maha Mengetahui?} [QS. al Mulk:14]

3. Ridha terhadap seluruh ketetapan dan ketentuan Allah.

Orang beriman itu yakin bahwa tidak satupun musibah yang menimpanya melainkan semua itu telah merupakan ketentuan dari Nya yang maha bijaksana. Allah berfirman; {Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan ijin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu} [QS. at Taghabun:11]

Seorang beriman akan ridha terhadap seluruh ketetapan dan ketentuan Nya karena ia mengetahui seyakin-yakinnya bahwa tiada yang mampu menyingkap kemudharatan melainkan Allah semata. Allah berfirman;

{Jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tak ada yang dapat menolak kurniaNya. Dia memberikan kebaikan itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang} [QS. Yunus:107]

Diantara hal yang menakjubkan dari iman kepada segala ketentuan Allah ini bahwa keimanan tersebut akan menjadikan seorang mukmin merasa ridha terhadap seluruh yang telah Allah berikan kepadanya; ia sabar dalam menghadapi seluruh cobaan dan bencana; dan ia bersyukur atas segala nikmat dan karunia Nya. Seluruh hal itu yang kemudian menjadikan seluruh keadaan mukimn itu adalah baik baginya, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam;«Sungguh menakjubkan keadaan orang mukmin itu. Seluruh keadaannya adalah baik baginya, dan hal tersebut tidaklah akan dirasakan kecuali oleh mereka yang beriman. Apabila ia dikaruniai kebaikan, maka ia bersyukur, dan itu baik baginya. Dan bilamana ia ditimpa musibah, ia bersabdar, dan itupun adalah baik untuknya.». (HR. Muslim). Tidak hanya itu saja, bahkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga mengajari bagaimana seharusnya kita bersikap ridha terhadap orang-orang yang memiliki kelebihan duniawi dari yang kita miliki. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda; «Lihatlah mereka yang berada di bawahmu dan jangan kalian lihat mereka yang berada di atasmu. Sesungguhnya sikap seperti itu akan lebih menuntunmu dapat bersyukur dan tidak mengentengkan nikmat yang telah Allah berikan kepadamu.». (muttafaq ‘alaihi)

Beberapa penelitian ilmiah menegaskan bahwa membantu orang lain dapat mengobati tekanan jiwa yang dihadapi. Para peneliti ilmu kejiwaan menyatakan bahwa tekanan darah akan diringankan dengan membantu orang lain yang memerlukannya. Ketika seorang bersegera menolong orang lain, maka hal itu akan memicu hormone andorfiin yang berfungsi untuk menenangkan jiwa dan membangkitkan semangatnya. Demikianlah juga yang ditegaskan oleh Alan leks, mantan Dikrketur ma’had an Nuhuud bi as Shihhah, USA. Ia berkata; membantu orang lain akan meringankan tekanan darah seorang, karena dengan membantu orang lain maka itu akan mempersempit ruangnya untuk memikirkan masalah yang tengah dihadapinya. Dan ketika itulah ia akan merasakan ketenangan jiwa.

Iman dan kehidupan

6_15.jpg

Ernest Renan
Sejarawan Prancis
Iman adalah sebuah kekuatan yang harus dimiliki seseorang untuk membantunya dapat bertahan hidup. Lenyapnya iman adalah sebuah indikasi buruk akan kelemahan seorang untuk dapat bertahan mengahadapi ujian kehidupan.

Tumbangnya peradaban materialis

6_16.jpg

Rugiye Dobakiye
Ilmuwan dan jurnalis Swis
Akhirnya menjadi jelas buatku bahwa Islam dengan seluruh ajarannya adalah agama yang bertujuan untuk memberikan kelapangan jiwa. Adapun peradaban materialis, hanyalah akan mengantarkan penganutnya kepada keputusasaan, karena dasar yang mereka anut adalah tidak mempercayaiai apapun. Sebagaimana sayapun menjadi yakin bahwa orang-orang eropa sesungguhnya tidak memahami hakikat Islam, karena parameter yang mereka gunakan untuk menilai Islam adalah nilai yang dianut oleh kaum materialis.

Ruh Islam

6_17.jpg

Rex Ingram
Sutradara Film
Saya berkeyakinan bahwa Islam adalah agama yang dapat memberi keselamatan dan kebahagiaan ke dalam jiwa. Agama yang dapat mengantarkan manusia pada hidup yang tenang dan indah. Disaat ruh Islam telah masuk ke relung hatiku; saya pun mulai merasa nikmatnya hidup dengan meyakini segala ketentuan ilahi, dan saya tidak lagi perduli dengan segala macam pengaruh materi, berupa kesenangan atau kesusahan (karena semuanya telah tetap dalam ketentuanNya)


Tags: